*Ust. Iedris*
Rabu 7 Agustus 2024
Ketika seseorang senang saat saudaranya senang, itu adalah pengejawantahan cinta. Sebaliknya, dia akan sedih jika saudaranya sedih. Bahkan, akan marah jika saudaranya marah. Namun, semuanya dalam bingkai Islam dan iman, bukan hawa nafsu.
Syekh Imam An-Nawawi membicarakan tentang indikator kesempurnaan iman dari pancaran cinta sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Salah satu dari kalian tidak (disebut) beriman (secara sempurna), hingga mencintai untuk saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”
Saudara yang dimaksud disini tidak terbatas hanya saudara kandung, saudara seayah atau seibu, akan tetapi lebih luas lagi mencakup saudara sesama manusia.
0 komentar:
Post a Comment